ADAB ATAU ILMU
(Edisi 2)
Adab dan ilmu adalah dua kemuliaan yang statusnya sering di perdebatkan. Ada yang bilang tidak perlu berilmu cukup beradab, ada yang bilang berilmu dulu baru beradab. Keduanya mempunyai kemuliaannya masing-masing dan itu sudah banyak di jelaskan dalam kitab salaf. Namun yang perlu kita ketahui, peran mana dari salah satunya yang harus kita kedepankan?
Dan jawabannya adalah ilmu yang menjadi prioritas utama sebelum kita melangkah pada yang lain. sebagaimana firman Allah SWT:
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِینَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ }
Ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah SWT dan mintalah ampunan untuk dosamu dan orang laki-laki dan perempuan yang beriman. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
[Surat Muhammad: 19]
Perintah dalam ayat فاعلم (maka ketahuilah) adalah perintah untuk mencari ilmu sebelum diperintahkan mengamalkan ilmu yang telah di perolehnya dengan ayat و استغفر لذنبك. Sekalipun perintah dalam ayat tersebut untuk nabi Muhammad SAW tentu di perintahkan juga untuk ummatnya.
Ketika Ibnu Uyainah di tanya tentang keutamaan ilmu maka beliau menjawab "apakah kamu tidak mendengar ketika Allah SWT memulainya dengan Ayat
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِینَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِۗ.
Belajar adab menjadi keharusan, baik secara' syara' dan uruf (kebiasaan) karna berhias dengan baiknya adab dan kemuliaan akhlak meupakan karakter ahli islam yang beragama. Setiap amal yang bisa wushul pada Allah SWT seperti membaca Al Quran tidak akan di peroleh kecuali dengan berhias dengan adab yang berkaitan dengannya dan meninggalkan sesuatu yang bisa merusaknya. Hal ini tidak mungkin bisa di lakukan kecuali setelah belajar dan mengetahuinya.
Allah SWT mengajarkan kita adab yang benar dari suri tauladannya yaitu Nabi Muhammad SAW dengan firman-Nya:
مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ }
[ النجم: 17]
Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
Dari ayat ini kita belajar adab dalam masalah pandangan dan bagaimana batas-batas pandangan yang di perbolehkan, sebagaimana ketika kita bertamu pada seseorang lalu di persilahkan duduk di dalam rumah yang terdapat istri dan putrinya, supaya kita tidak meluaskan pandangan (melirik) agar tidak melihat sesuatu yang tidak di perbolehkan.
Seperti perkataan Syaikh Ibnul Munir " Ilmu merupakan syarat dalam sahnya perkataan dan perbuatan, keduanya tidak di anggap tanpa ilmu. Ilmu di dahulukan dari keduanya karna ilmu dapat membetulkan niat yang mana niat tersebut bisa membenarkan amal".
Referensi
Al Quran
Tafsir At Tahrir wat Tanwir karya Syaikh Muhammad AT Tahir Ibnu 'Asyur
Fathul Bari syarah Shahih Al Bukhari karna Syaikh Ibnu Hajar Al Asqalni
Tafsir Asy Sya'rawi karya Syaikh Mutawalli Asy Sya'rawi
Ar Razan karya KH Said Abdurrahim pengasuh PP MUS Sarang
Penulis: Ali Ma'shum Jamali. Anggota LBM (Lajnah Bahtsul Masail) konang Bangkalan.
0 Komentar