WAKTU ADALAH ILMU (Edisi 2)

 


WAKTU ADALAH ILMU

(Edisi 2) 

Allah SWT memberikan nikmat besar untuk hambanya berupa waktu, tak sedikit ayat Al Qur'an yang menyinggung tentang waktu, diantaranya;


( وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ دَاۤىِٕبَیۡنِۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّیۡلَ وَٱلنَّهَارَ ) 

"Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan malam dan siang bagimu". (QS. Ibrahim:33)

Ibnul Jauzi dalam kitabnya Zaadul Masir menafsirkan ayat tersebut;  "Allah menundukkan malam untuk kalian sebagai waktu istirahat dan menjadikan siang agar senantiasa mengambil keuntungan untuk mata pencarian. 

Betapa agung dan besar nikmat waktu yang telah Allah SWT berikan, agar senantiasa di gunakan sebagaimana mestinya. Allah SWT juga mengingatkan hambanya  supaya di tengah-tengah manusia pada lelap dalam tidurnya, bisa bangun dan melakukan shalat malam (tahajjud) sebagaimana firman-Nya; 

ومن الليل فتهجد به نافلة لك

"Dan pada bagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu".  (QS. Al Isra' 79).

Namun bagi ulama' yang sudah merasakan manisnya ilmu, Esensi waktu adalah ilmu itu sendiri. Sehingga banyak ulama yang lebih memilih membujang seumur hidup hanya untuk mengabdikan dirinya pada ilmu. Prinsip mereka (membujang) tidak bertentangan dengan aturan agama, semisal mereka memilih tidak menikah bukan karena tidak patuh pada sabda Nabi Muhammad SAW; 

النكاح سنتي فمن رغب عن سنتي فليس مني

"Nikah adalah jalanku, barang siapa yang membencinya maka bukan termasuk dari golonganku". (HR. Ibnu Majah)

Tetapi bagi mereka para ulama' yang merasakan manisnya ilmu, kesibukan untuk ilmu adalah hal yang lebih penting dari pada yang lain sehingga semua waktunya di investasikan untuk ilmu. 

Sabda Nabi Muhammad SAW;

عن أبي امامة - رضي الله عنه - ان رسول الله صلى الله عليه وسلم-, قال "فضل العالم على العابد كفضلي على ادناكم، ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان الله وملائكته واهل السموات والارض حتى النملة في حجرها وحتى الحوت ليصلون على معلمي الناس الخير (رواه الترمذي،  وقال حديث حسن) 

Di ceritakan oleh Abi Umamah RA, Sesungguhnya Rasulallah SAW berkata, "Keutamaan orang alim melebihi orang yang ahli ibadah seperti keutamaanku (Nabi Muhammad SAW) melebihi kalian (para sahabat) kemudian Rasulallah bersabda; Sesungguhnya Allah, para Malaikat, penduduk langit dan bumi, semut yang ada disarangnya sampai ikanpun mendoakan untuk pengajar manusia pada kebaikan".(HR. Imam Tirmidzi) 

Maksud 'alim (orang yang berilmu) dalam hadits ini adalah orang yang lebih menyibukkan diri untuk ilmu melebihi ibadahnya, sedangkan yang di maksud 'abid (orang yang ahli ibadah) adalah orang yang lebih menyibukkan ibadah melebihi ilmunya. 

Orang alim itu tentunya ahli ibadah, begitu pula sebaliknya, kita jangan salah dalam menginterpretasikannya, bahwa orang yang berilmu bukan ahli ibadah atau sebaliknya, tapi lebih terarah kemana   dirinya menyibukkan diri, untuk ilmu atau amal.

Menurut madzhab kita Imam Syafi'i: "Mencari ilmu dengan ikhlas lebih utama dari pada sholat sunnah". Bagaimana mungkin seorang yang bodoh bisa menjadi ahli ibadah sedangkan dia tidak mempunyai ilmu. 

Ibnu Ruslan berkata:

وكل من بغير علم يعمل • اعماله مردودة لا تقبل

"Orang yang melakukan ibadah tapi tidak mengerti ilmunya maka tidak akan diterima. 

Ilmu adalah anugerah dari Allah SWT yang tidak akan pernah habis meskipun seumur hidup di gunakan untuk mencarinya. Semakin menyelam di kedalaman ilmu tentu akan menemukan atau menyingkap ilmu yang baru yang belum di ketahui. Ilmu seorang hamba di bandingkan ilmunya Allah SWT hanya setetes air ketika jarum di celupkan di dalam lautan. 

Syaikh Muntakhab bin Syaikh Muwaffiq berkata:

وَخُذْ وَكُنْ مُجْتَهِدًا اَعْمَارَا • أَوِارْضَ بِالْجَهْلِ وَعِشْ حِمَارَا

"Dan ambillah, jadilah engkau orang yang tekun seumur hidup, atau rela dengan kebodohan dan hidup laksana keledai. 

Al Alim Allamah KH Muhammad Said Abdurrahim menerangkan nadzam ini;  "Bersungguh-sungguhlah selama engkau masih hidup karena untuk menghasilkan ilmu akan menghabiskan waktu seumur hidup karna Ilmu itu laksana laut yang sangat dalam dan tidak bertepi".

Syaikh Allamah Thasykubri zaadah dalam kitab Miftahus sa'adah Wa Mishbahus Siyadah berkata:"Muhammad bin Al Hasan Asy syaibani Al Kufi Al Baghdadi seorang imam yang ahli fiqh dan hadits muridnya Imam abu Hanifah RA. kalau malam beliau tidak tidur, di sampingnya di letakkan banyak kitab, ketika bosan dari satu kitab maka beliau melihat kitab  yang lain, cara menghilangkan rasa ngantuknya beliau menggunakan air seraya berkata; "ngantuk itu termasuk dari panas".

Dulu waktu ngaji Shohih Muslim pada Syaikhina KHR Abdul Mujib Abbas di bulan ramadhan, kondisi fisik beliau memang sudah sakit dan di larang oleh dokter untuk berlama-lama mengajar, melihat kondisi kesehatan beliau. Ngaji di mulai sekitar jam 07:OO WIS pagi sampai jam 10:00 beliau masih berlanjut mengaji, hingga   putri beliau mengahampiri dan mengingatkan agar beliau istirahat, sebagaimana  anjuran dokter.  Namun beliau dawuh: "Sebentar lagi", setelah masuk waktu duhur, beliau mendengar adzan, lalu beliau dawuh: "saya kira masih jam sepuluh".

Betapa agungnya para ulama' yang selalu menghargai waktunya untuk ilmu. 


Refrensi :

Al Quranul Karim

Zaadul Masiir karya Syaikh Abul Faraj Abdurrahman bin Ali bin Muhammad Al Jauzi (Ibnul Jauzi) 

Lawaqihul Anwar Al Qudsiyyah karya Sayyid Abdul Wahhab Asy sya'roni

Hilyatut Tullab karya KH. Muhammad Sa'id Abdurrahim pengasuh PP Ma'hadul Ulum Asy Syariyyah (MUS) Sarang Rembang. 

Kifayatul Atqiyya' wa Minhajul Ashfiya' karya Sayyid Abu Bakar yang lebih di kenal Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Addimyati

Qimatuz Zaman karya Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah. 

Matnuz Zubad karya Syaikh Ahmad bin Ruslan


Oleh

Ustadz Ali Ma'shum jamali (Anggota LBM NU BANGKALAN)

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Time is science, waktu adalah ilmu kata orang yg sedang mencari ilmu...

    BalasHapus
  2. Wakt lebih de sekedar cuan bagi mereka yg sudah menduhului kita

    BalasHapus