ADAB ATAU ILMU?
(Edisi 1)
Berawal dari kata pepatah 'Adab di atas ilmu" Para masyarakat, khususnya yang aktif di media sosial (Netizen) bebas menilai siapapun yang tidak sependapat dengan mereka dalam beretika dengan lebel kurang beradab. Banyak dari mereka salah dalam memahami kata pepatah tersebut sehingga beranggapan begitu penting mempunyai adab tanpa belajar ilmunya terlebih dahulu. Adab tidak hanya terbatas ketika ada ulama dan orang tua mencium tangannya, berjalan sambil membungkukkan badan di hadapannya. Bahkan adab memiliki arti yang lebih luas dari itu semua.
Definisi adab menurut Syaikh Al Kamal bin Hammam adalah kebiasaan yang terpuji. Jika kita melihat kebiasaan di sebuah daerah yang berbeda tentu kita akan melihat ada perbedaan yang kita jumpai contoh santri madura yang mondok di jawa, ketika kembali ke pesantren setelah liburan, dia sowan ke kyai dengan membawa amplop, sedangkan santri dari luar madura tidak mempunyai kebiasaan seperti itu.
Lalu, pantaskah kita menisbatkan santri luar Madura dengan sebutan santri yang tidak beradab karna sowan tidak bawa amplop? Tentu tidak. Barometer kebiasaan di katakan baik dan tidaknya itu selalu berkaitan erat dengan perbuatan seorang hamba yang telah di atur di dalam kitab-kitab para ulama' seperti Ta'lim Al Muta'allim dan kitab lainnya.
Tuntutan belajar adab dan ilmu adalah dua hal yang tidak bisa di pisahkan
Allah SWT berfirman:
يآٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Sahabat Ibnu Abbas menjelaskan ayat (قوا انفسكم واهليكم نارا) dengan tafsiran "mengajarlah kalian pada keluarga tentang ilmu dan adab".
Menjaga diri sendiri dan keluarga agar terbebas dari api neraka dengan ilmu dan adab, tentu itu adalah hal yang pasti karna keduanya mempunyai satu tempat yang sama di setiap aspek kehidupan
Sebagaimana pengertian adab menurut Ulama Ahli Fiqh ialah sesuatu yang di tuntut untuk mengerjakannya karna adanya yang lain baik itu wajib atau sunnah sebagai syarat sah atau kesempurnaan. Ketika melihat definisi adab yang di sampaikan Ulama ahli fiqih, tentu adab akan ada jika kita mengerjakan sesuatu, dan harus kita mempunyai ilmunya terlebih dahulu, semisal jika kita buang air kecil (kencing) atau buang air besar maka menjaga adab yang ada di dalamnya seperti bersuci dengan tangan kiri selama masih bisa di mungkinkan, membuat penutup di sekitarnya biar tidak kelihatan orang lain , tidak menghadap kiblat, berdehem dan mengurut kemaluannya jika laki-laki agar tidak menyisakan air kencing di dalamnya yang sewaktu-waktu bisa keluar. Ketika tidak berdehem dan mengurut kemaluannya lalu shalat dan sisa air kencingnya keluar maka shalat dan ibadah yang membutuhkan wudhu semuanya tidak sah yang nantinya akan mendapatkan siksaan di neraka karna tidak mematuhi apa yang telah di ajarkan. Begitu juga, ketika mengerjakan shalat, puasa, transaksi dan lainnya terdapat ilmu dan adabnya masing-masing.
Ilmu dan adab dua kemuliaan yang terus berkesinambungan, jadi bagi para guru, kyai, ulama', penceramah tidak pantas terus menerus menyuarakan tentang adab di atas ilmu. karna akan ada anggapan dari masyarakat awam bahwa ilmu sudah tidak berarti lagi di zaman sekarang. Masyarakat tidak menganggap penting terkait keburukan dan kebaikan dari suatu ibadah, pekerjaan, transaksi, pernikahan dan lain-lain. Jika sudah tidak peduli maka sesuatu yang haram akan mereka terjang. Barang siapa yang tidak mengetahui keburukan maka dia akan jatuh di dalamnya (melakukannya tanpa di ketahui). Itulah yang di sampaikan Sayyid Abu bakar Syatha dalam I'anah Tholibin.
Di katakan pada imam Hasan bashri: orang-orang telah memperbanyak ilmu adab , apa yang lebih bermanfaatnya adab sekarang? , dan apa yang lebih menyampaikannya adab kelak? imam Hasan menjawab memahami ilmu agama, zuhud di dunia, mengetahui apa yang ada pada Allah untukmu. Jika kita melihat pendapat imam Hasan Bashri, adab dan ilmu adalah sesuatu yang tidak bisa di pisahkan, beliau menjawab pertanyaan tentang adab yang paling bermanfaat, dengan jawaban memahami ilmu agama.
Wallahu a'lam bish Shawab
Refrensi
Al Quranul Karim
Hilyatut Tullab karya KH Muhammad Said Abdurrahim
Maushuah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah
Ianatu tholibin karya Sayyid Abu Bakar Satha Ad Dimyathi.
Risalah Quayairiyah karya Imam Abul Qosim Abdul Karim Hawazin Al Qusyairi
Penulis: Ali Ma'shum Jamali, Anggota LBM NU (Lajnah bahtsul Masail Nahdatul Ulama) kecamatan Konang Bangkalan
0 Komentar